Monday, February 20, 2017

MENDING JOMBLO DARIPADA MAKSIAT

Sobat muda muslim, kian hari opini media yang memojokkan para jomblo kian tak terkendali. Remaja makin diarahkan untuk berani mengekspresikan rasa suka kepada lawan jenis dengan berpacaran. Tayangan-tayangan ghibahtaintment yang berseliweran tiap hari di layar kaca, bikin permasalahan cinta menjadi masalah utama dalam hidup manusia. Kedekatan seorang selebritis dengan lawan jenis dikupas habis dengan bumbu sana-sini biar layak jual.

Maaf, bukannya kita mau melestarikan status jomblo. Bukannya mau ngelarang temen-temen jomblo untuk nyari pasangan. Bukan juga mengajak para jomblo untuk tabbatul (membujang). Tapi kalo upaya pelepasan predikat jomblo selalu berujung pada aktivitas pacaran, mendingan tetep istiqomah menyandang status jomblo. Seperti pepatah bilang, biar jomblo asal selamat dari aktivitas maksiat. Setuju?

Dan masa Jomblo bisa kita pergunakan untuk lebih mempersiapkan diri menghadapi pernikahan dan kehidupan rumah tangga. Mempersiapkan ilmu,mental, jasmani, rohani hingga ekonomi. Termasuk rencana dan planning serta anggaran kehidupan. jadi, jangan kecil hati kalau memang mesti ngejomblo. Apalagi sampai patah arang, patah hati sampe pengen matahin leher segala. Jangan, bro! Cupet alias kerdil itu namanya. Dunia jomblo pun tak kalah indahnya koq. Asal kita nggak melihat dan menyikapinya negatif. Karena jomblo tidak berarti sendiri, toh yang jomblo banyak jadi kita nggak sendirian khan? jadi,"ngejomblo? Siapa takut!!"

 apa sih pacaran itu????????

Pacaran itu diidentifikasi sebagai suatu tali kasih sayang yang terjalin atas dasar saling menyukai antara lawan jenis.
Sebelum menjelaskan pandangan Islam mengenai pacaran,  perlu dijelaskan bahwa ada tiga kemungkinan pacaran yang dimaksudkan, yaitu:

    Hubungan antara seorang laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrim, dalam hubungan itu mereka sering berduaan, dan melakukan kontak jasmani berupa ciuman atau semacamnya.

    Hubungan antara seorang laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrim, dalam hubungan itu mereka sering berduaan, namun tetap menjaga agar tidak terjadi kontak badan, seperti ciuman dan semacamnya.

    Hubungan antara seorang laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrim, tetapi selalu menjaga agar mereka tidak berduaan apalagi melakukan kontak badan dalam bentuk apapun.

Harus di sadari oleh kita semua semua bahwa Memiliki Rasa Cinta Adalah Fitrah dari Allah SWT, namun jangan sampai kita mengumbar rasa cinta kita dengan seenaknya saja.
Betulkah di dalam Islam ada yang namanya pacaran ?

Islam menghalalkan pernikahan, bahkan dinyatakan sebagai sunnah. Akan tetapi Islam melarang keras perzinahan. Bukan hanya perzinahan, akan tetapi yang mendekati perzinahan pun dilarang oleh Islam. 

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an surat al-Isra':32.

Pacaran dalam bentuk 1 dan 2 dilaksanakan sebagai perbuatan yang mendekati perbuatan zina. Dalam pandangan Islam bentuk ketiga dikenal dengan istilah Ta’aruf.  Dalam Islam proses yang benar untuk mencapai pernikahan adalah :
Ta’aruf    →    Khitbah  →   Nikah
pacar belum tentu jadi suami kecuali ALLAH sudah menetapkan qhada dan qhadar NYA
pacaran adalah refleksi hubungan intim, dan merupakan ring empuk untuk memberi kesempatan terjadinya segala macam zina ini.

Rasulullah bersabda, 

" Telah tertulis atas anak adam nasibnya dari hal zina. Akan bertemu dalam hidupnya, tak dapat tidak. Zinanya mata adalah melihat, zina telinga adalah mendengar, zina lidah adalah berkata, zina tangan adalah menyentuh, zina kaki adalah berjalan, zina hati adalah ingin dan berangan-angan. Dibenarkan hal ini oleh kelaminnya atau didustakannya."

Jika kita sejenak mau introspeksi diri dan mengkaji hadist ini dengan kepala dingin maka dapat dipastikan bahwa segala macam bentuk zina terjadi karena motivasi yang tinggi dari rasa tak pernah puas sebagai watak khas makhluk yang bernama manusia. Dan kapan saja, diman saja, perasaan tak pernah puas itu selalu memegang peranan. Seperti halnya dalam berpacaran ini.  Pacaran adalah sebuah proses ketidakpuasan yang terus berlanjut untuk sebuah pembuktian cinta.


Ketika jadi jomblo, kita harus bersyukur. Kenapa? Coba flashback pas waktu kamu pacaran, dan kenapa kamu putus? saya rasa tidak mungkin kamu pacaran buat nyari pahala, dan putus karena merasa pahala kamu sudah terlalu banyak, iya kan?

Momen ketika kamu menjomblo jangan jangan kamu habiskan buat merenung nyari pacar baru, justru justru kamu harus jadikan batu loncatan supaya kamu jadi pribadi yang lebih baik. Dan, untuk menjadi pribadi yang lebih baik, kita tidak boleh melakukan hal yang bodoh, terutama: Melakukan kesalahan yang sama.

Jangan pernah mengulangi kesalahan yang sama yaaaaa.
Kesalahan yang pernah kamu lakukan dulu, jangan pernah kamu lakukan lagi. Dan, coba kamu reka ulang, apa yang telah kamu lakukan ketika kamu pacaran? Sebuah hal positif kah? Kalau bukan, saya rasa itu adalah sebuah kesalahan. Makanya, jangan pernah diulangi, kan kita harus jadi pribadi yang lebih baik.

Kalau misalkan kamu beranggapan pacaran itu hal yang positif, saya bakal mencoba membuka matamu.

    Pacaran ekivalen dengan maksiat

Kenapa begitu? Jelas aja. For your information, maksiat itu bukan cuman berhubungan intim, tapi lebih luas lagi. Sekedar SMS-an dengan sayang-sayangan saja itu sudah termasuk maksiat. Karena, maksiat itu adalah segala hal yang terjadi karena dorongan hawa nafsu.
Hal-hal kecil yang kadang orang pikir biasa saja, tidak masalah, malah itu yang sering jadi maksiat. Dan pacaran adalah sarana supaya maksiat lebih legal. Menurut saya, daripada kita melegalkan maksiat tapi tidak mau maksiat, mending sekalian melarangnya, dengan cara tidak usah pacaran. Lebih baik mencegah daripada mengobati.

Jadi, bersyukurlah menjadi jomblo. Dengan kamu menjadi jomblo, maka kamu telah mengurangi resiko bermaksiat, selamat! ^_^

No comments:

Post a Comment