Friday, February 17, 2017

Kuliah, Jangan Hanya Mengejar IPK.



INSPIRASI DUNIA- Seberapa pentingkah mengejar IPK tinggi dan meraih prestasi akademik dalam kuliah? Tentu sangat penting sekali. IPK adalah bentuk pertanggung jawaban kita sebagai mahasiswa. Dengan memiliki IPK yang baik, artinya kita mengikuti proses pembelajaran di kuliah dengan seksama dan bertanggung jawab atas kuliah yang telah kita emban.



Tapi apakah IPK adalah penentu dan penjamin tunggal atas kesuksesan masa depan? Apakah IPK yang tinggi akan meyakinkan orang untuk memberi kita pekerjaan atau peluang beasiswa begitu saja? Apakah tanpa disokong hal-hal lain seperti soft skill, kemampuan komunikasi, kerja sama, kemampuan memimpin dan dipimpin, lantas kita bisa sukses begitu saja?

Benarkah Perusahaan Suka Karyawan Ber-IPK Tinggi?
Beberapa perusahaan membuat syarat ketat saat rekrutmen. Biasanya mereka hanya mengizinkan sarjana dengan IPK di atas 2,75 untuk ikut seleksi.
Sikap perusahaan ini, menurut saya, bukan strategi merekrut mahasiswa cerdas. Mereka hanya sedang menghindari merekrut karyawan malas.
Sebab, IPK 2,75 itu standar. Itu bisa diperoleh dengan cara-cara standar. Berangkat kuliah, presensi, nulis makalah, lalu ikut ujian. Jika IPK-mu di bawah itu, ada kemungkinan kamu malas. Itu saja.

Jangan Hanya Mengejar Nilai


Hal-hal yang berbau standarisasi selalu menyisakan permasalahan yang lain, khususnya nilai IPK di dunia akademis kampus. Tak pelak semua mahasiswa berusaha mengejar target tertentu bahkan menghalalkan segala cara.

Standarisasi kumulatif IPK di tingkat perguruan tinggi masih menjadi faktor dominan yang menentukan kualitas seorang mahasiswa. Padahal itu tidak semuanya benar. Banyak orang-orang sukses yang justru tidak mempunyai latar belakang IPK yang memuaskan. Tapi mereka justru memperoleh standarisasi nilai yang lebih dari masyarakat karena keahlian dan kebermanfaatannya. Buruknya, banyak kampus di Negara ini yang justru berlomba-lomba mengejar standar-standar IPK tersebut guna menunjukkan kualitas lulusan mahasiswa kampusnya.

Tidak seharusnya jumlah IPK menjadi ukuran mutlak kualitas seorang mahasiswa. Karena di luar kampus bukan IPK yang menjadi faktor tunggal. Tapi seberapa jauh mahasiswa tersebut membawa manfaat bagi sekitarnya. Karena logika di masyarakat bukan jumlah nilai di atas kertas, tapi nilai yang benar-benar riil. Dalam dunia kerja pun, kolaborasi soft skill dan hard skill yang menjadi incaran para korporasi. Mereka yang mampu memadukan kedua itu yang diyakini akan membawa kemajuan, bukan nilai IPK yang didapat di bangku kuliah.

Sebagian mahasiswa berpendapat bahwa IPK adalah segala-galanya walaupun harus mendapatkannya dengan cara yang tidak sesuai.Banyak pertanyaan yang bermunculan dan tumbuh di kepala kita jika berbicara tentang IPK. Seberapa pentingkah IPK untuk kita sebagai seorang mahasiswa ? Dari pertanyaan itu tiba-tiba sebuah pertanyaan membayangi kembali. Sebenarnya tugas seorang mahasiswa apa sih? 

Apa hanya mengejar sebuah IPK ? IPK memang penting bagi mahasiswa, ada banyak manfaat yang kita peroleh jika memiliki IPK tinggi alias "cum laude". Diantaranya adalah gampang dapetin beasiswa, membahagiakan orang tua, aman dari ancaman DO dan masih banyak lagi. Tapi apakah IPK tinggi merupakan dasar kita untuk kuliah? Tentu saja tidak, karena IPK tinggi tidak menjamin seseorang memiliki tingkat pemahaman yang bagus terhadap mata kuliah yang dipelajari sepanjang perkuliahan.

Banyak mahasiswa mengagung-agungkan IPK tinggi, namun tidak memiliki pemikiran yang kritis terhadap apa yang harus mereka kejar pada jenjang perkuliahan. IPK tinggi bukan satu-satunya hal yang harus dikejar, namun ilmu itu sendirilah yang harus kita kejar. Bingung kan dengan pernyataan itu. Artinya, seorang mahasiswa tidak hanya dituntut untuk pintar dalam teori saja dengan dibuktikan dengan IPK tinggi, namun harus pintar juga dalam mempraktekkannya dalam kehidupan kita. Ilmu yang kita dapat di bangku perkuliahan tidak hanya berujung pada IPK yang tinggi dan mendapatkan pekerjaan yang kita inginkan tetapi dapat bermanfaat untuk masyarakat di sekitar kita.

Jadi teman-teman mahasiswa jangan terlalu mengejar IPK tinggi. Jangan belajar karena ingin mendapatkan IPK tinggi, atau bahkan terlalu terobsesi dengan IPK tinggi dengan berbagai cara. Slow down ya, kita sebagai mahasiswa memang berkewajiban untuk belajar tapi belajarlah dengan menggunakan hati kita. Mengapa harus memakai hati ?

Banyak mahasiswa di luar sana yang gelap mata dengan IPK. Kadang-kadang kita benci jika IPK kita kecil, atau kita iri kepada teman kita yang memiliki IPK yang tinggi. IPK dapat membuat hubungan pertemanan kita hancur lho. Karena hati kita dibutakan dengan IPK tinggi. Kita harus berpikir jernih bahwa belum tentu IPK kita lebih rendah dari teman kita tapi ilmu yang kita dapatkan lebih rendah pula dari mereka. Itu sangat tidak benar. Maka dari itu teman-taman mahasiswa harus belajar dengan hati.

Dengan hati kita berpikir luas bahwa ilmu yang kita dapatkan hasil akhirnya hanya IPK, tapi sejauh mana kita memahami ilmu yang kita dapatkan dan mengembangkannya di masyarakat. Teman-teman mahasiswa jangan berkecil hati jika tidak memiliki IPK "Cum Laude". Buka lagi wawasan kita, jangan berhenti pada IPK. IPK tinggi memang penting tapi yang terpenting adalah bagaiman kita memaknai diri kita menjadi seorang mahasiswa dapat menyumbangkan hal-hal yang inspiratif dan postif dengan pemikiran-pemikiran kritis. Sekian Semoga Bermanfaat!

Sumber : kompasiana.com

No comments:

Post a Comment