INSPIRASI DUNIA- Seberapa pentingkah mengejar IPK tinggi dan
meraih prestasi akademik dalam kuliah? Tentu sangat penting sekali. IPK adalah
bentuk pertanggung jawaban kita sebagai mahasiswa. Dengan memiliki IPK yang
baik, artinya kita mengikuti proses pembelajaran di kuliah dengan seksama dan
bertanggung jawab atas kuliah yang telah kita emban.
Tapi apakah IPK adalah penentu dan penjamin
tunggal atas kesuksesan masa depan? Apakah IPK yang tinggi akan meyakinkan
orang untuk memberi kita pekerjaan atau peluang beasiswa begitu saja? Apakah
tanpa disokong hal-hal lain seperti soft skill, kemampuan komunikasi, kerja
sama, kemampuan memimpin dan dipimpin, lantas kita bisa sukses begitu saja?
Benarkah Perusahaan Suka Karyawan Ber-IPK Tinggi?
Beberapa
perusahaan membuat syarat ketat saat rekrutmen. Biasanya mereka hanya
mengizinkan sarjana dengan IPK di atas 2,75 untuk ikut seleksi.
Sikap
perusahaan ini, menurut saya, bukan strategi merekrut mahasiswa cerdas. Mereka
hanya sedang menghindari merekrut karyawan malas.
Sebab,
IPK 2,75 itu standar. Itu bisa diperoleh dengan cara-cara standar. Berangkat
kuliah, presensi, nulis makalah, lalu ikut ujian. Jika IPK-mu di bawah itu, ada
kemungkinan kamu malas. Itu saja.
Jangan Hanya Mengejar Nilai
Hal-hal yang berbau standarisasi selalu
menyisakan permasalahan yang lain, khususnya nilai IPK di dunia akademis
kampus. Tak pelak semua mahasiswa berusaha mengejar target tertentu bahkan
menghalalkan segala cara.
Standarisasi kumulatif IPK di tingkat perguruan
tinggi masih menjadi faktor dominan yang menentukan kualitas seorang mahasiswa.
Padahal itu tidak semuanya benar. Banyak orang-orang sukses yang justru tidak
mempunyai latar belakang IPK yang memuaskan. Tapi mereka justru memperoleh
standarisasi nilai yang lebih dari masyarakat karena keahlian dan
kebermanfaatannya. Buruknya, banyak kampus di Negara ini yang justru
berlomba-lomba mengejar standar-standar IPK tersebut guna menunjukkan kualitas
lulusan mahasiswa kampusnya.
Tidak seharusnya jumlah IPK menjadi ukuran mutlak
kualitas seorang mahasiswa. Karena di luar kampus bukan IPK yang menjadi faktor
tunggal. Tapi seberapa jauh mahasiswa tersebut membawa manfaat bagi sekitarnya.
Karena logika di masyarakat bukan jumlah nilai di atas kertas, tapi nilai yang
benar-benar riil. Dalam dunia kerja pun, kolaborasi soft skill dan hard skill
yang menjadi incaran para korporasi. Mereka yang mampu memadukan kedua itu yang
diyakini akan membawa kemajuan, bukan nilai IPK yang didapat di bangku kuliah.
Sebagian mahasiswa berpendapat bahwa
IPK adalah segala-galanya walaupun harus mendapatkannya dengan cara yang tidak
sesuai.Banyak pertanyaan yang bermunculan dan tumbuh di kepala kita jika
berbicara tentang IPK. Seberapa pentingkah IPK untuk kita sebagai seorang
mahasiswa ? Dari pertanyaan itu tiba-tiba sebuah pertanyaan membayangi kembali.
Sebenarnya tugas seorang mahasiswa apa sih?
Apa hanya mengejar sebuah IPK ? IPK
memang penting bagi mahasiswa, ada banyak manfaat yang kita peroleh jika
memiliki IPK tinggi alias "cum laude". Diantaranya adalah gampang
dapetin beasiswa, membahagiakan orang tua, aman dari ancaman DO dan masih
banyak lagi. Tapi apakah IPK tinggi merupakan dasar kita untuk kuliah? Tentu
saja tidak, karena IPK tinggi tidak menjamin seseorang memiliki tingkat
pemahaman yang bagus terhadap mata kuliah yang dipelajari sepanjang
perkuliahan.
Banyak mahasiswa mengagung-agungkan
IPK tinggi, namun tidak memiliki pemikiran yang kritis terhadap apa yang harus
mereka kejar pada jenjang perkuliahan. IPK tinggi bukan satu-satunya hal yang
harus dikejar, namun ilmu itu sendirilah yang harus kita kejar. Bingung kan
dengan pernyataan itu. Artinya, seorang mahasiswa tidak hanya dituntut untuk
pintar dalam teori saja dengan dibuktikan dengan IPK tinggi, namun harus pintar
juga dalam mempraktekkannya dalam kehidupan kita. Ilmu yang kita dapat di
bangku perkuliahan tidak hanya berujung pada IPK yang tinggi dan mendapatkan
pekerjaan yang kita inginkan tetapi dapat bermanfaat untuk masyarakat di
sekitar kita.
Jadi teman-teman mahasiswa jangan
terlalu mengejar IPK tinggi. Jangan belajar karena ingin mendapatkan IPK
tinggi, atau bahkan terlalu terobsesi dengan IPK tinggi dengan berbagai cara.
Slow down ya, kita sebagai mahasiswa memang berkewajiban untuk belajar tapi
belajarlah dengan menggunakan hati kita. Mengapa harus memakai hati ?
Banyak mahasiswa di luar sana yang
gelap mata dengan IPK. Kadang-kadang kita benci jika IPK kita kecil, atau kita
iri kepada teman kita yang memiliki IPK yang tinggi. IPK dapat membuat hubungan
pertemanan kita hancur lho. Karena hati kita dibutakan dengan IPK tinggi. Kita
harus berpikir jernih bahwa belum tentu IPK kita lebih rendah dari teman kita
tapi ilmu yang kita dapatkan lebih rendah pula dari mereka. Itu sangat tidak
benar. Maka dari itu teman-taman mahasiswa harus belajar dengan hati.
Dengan hati kita berpikir luas bahwa
ilmu yang kita dapatkan hasil akhirnya hanya IPK, tapi sejauh mana kita
memahami ilmu yang kita dapatkan dan mengembangkannya di masyarakat.
Teman-teman mahasiswa jangan berkecil hati jika tidak memiliki IPK "Cum
Laude". Buka lagi wawasan kita, jangan berhenti pada IPK. IPK tinggi
memang penting tapi yang terpenting adalah bagaiman kita memaknai diri kita
menjadi seorang mahasiswa dapat menyumbangkan hal-hal yang inspiratif dan
postif dengan pemikiran-pemikiran kritis. Sekian Semoga Bermanfaat!
Sumber : kompasiana.com
Sumber : kompasiana.com
No comments:
Post a Comment